Minggu, 23 Maret 2014





Epidemiologi 

                                                Kejadian Luar Biasa


Pengertian ISPA
ISPA adalah penyakit saluran napas atas yang disebabkan oleh virus dan tidak perlu antibiotic. Penyakit ISPA dapat menjadi Pneumonia atau radang paru-paru yaitu penyakit batuk yang di tandai dengan napas cepat atau sesak napas. ISPA merupakan penyakit infeksi saluran nafas yang secara anatomi dibedakan atas saluran nafas atas mulai dari hidung sampai dengan taring dan saluran nafas bawah mulai dari laring sampai dengan alveoli, akibat invasi infecting agents yang mengakibatkan reaksi inflamasi saluran nafas yang terlibat.


Penyakit infeksi akut tersebut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah). Penyakit tersebut merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. ISPA dapat mencetuskan kejang demam, serangan asma dan merupakan prekursor demam spesifik akut terutama campak atau bronkiolitis.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut mengandung tiga unsur yaitu infeksi, saluran pernafasan dan akut adalah sebagai berikut :
a.       Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b.      Saluran pernafasan adalah organ pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus rongga telinga tengah dan pleura.
Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA ada yang berlangsung lebih dari 14 hari.


Cara Penularan ISPA
Salah satu penularan ISPA adalah melalui udara yang tercemar dan masuk kedalam tubuh melalui saluran pernafasan. Adanya bibit penyakit di udara umumnya berbentuk aerosol yang merupakan suatu suspensi melayang di udara berupa bibit penyakit. Adapun aerosol dari penyebab penyakit tersebut ada 2 yaitu : droplet nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang diudara) dan dust (campuran antara bibit penyakit yang melayang diudara).

Sumber dan penyebab terjadinya Penyakit ISPA yaitu:
1.      Mikoplasma : mycoplasma pneumonia.
Mekanisme mukosilier pagositas oleh makrofag-makrofag alveolar merupakan pertahanan saluran pernafasan terhadap infeksi-infeksi bakteri dan virus
2.      Golongan penyebab ISPA yang lain : Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus, Bordelella, Korinebakterium.
3.      Golongan virus penyebab ISPA yang lain : Golongan Miksovirus (virus influinza, tifusparainfluenzadan virus campak). Adnovirus, Koronavirus, Pikornovirus, Mikoplasma, Herpesvirusdan lain-lain.
4.      Daya tahan tubuh
Daya tahan tubuh adalah kemampuan tubuh untuk mencegah masuk dan berkembangbiaknya kuman penyakit di dalam tubuh. Daya tahan tubuh dipengaruhi oleh:
a.Status gizi
Status gizi sangat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh. Balita yang mempunyai status gizi baik lebih tahan terjangkit infeksi penyakit dibandingkan dengan bayi dan anak balita yang mempunyai status gizi jelek.
b.Kekebalan tubuh
Bayi yang baru lahir biasanya mempunyi kekebalan alami terhadap difteri dan campak hingga usia 4 sampai 9 bulan. Kekebalan alami diperoleh dari ibunya ketika dalam kandungan. Pada bayi kekebalan dapat ditimbulkan dengan memberi imunisasi yaitu untuk merangsang tubuh untuk membuat zat anti bila ada rangsangan zat yang masuk kedalam tubuh.
c.Umur
Umur mempengaruhi mekanisme pertahanan tubuh seseorang. Bayi dan anak balita mempunyai mekanisme pertahanan tubuh yang relatif lemah dibanding dengan orang dewasa, sehingga bayi dan anak balita lebih mudah terkena infeksi.

Cara Penyebaran

            Penyebaran penyakit ISPA dikenal 3 cara penyebaran infeksi yaitu sebagai berikut:
1.      Melalui aerosol yang lembut terutama karena batuk-batuk
2.      Melalui aerosol yang lebih berat, terjadi pada waktu batuk dan bersin
3.      Melalui kontak langsung dari benda-benda yang dicemari oleh jasad renik

 


Pencegahan dan penanggulangan ISPA

a.       Pencegahan penyakit menular ISPA
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yaitu : pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) yang meliputi diognosis dini serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi. Upaya pencegahan penyakit ISPA meliputi imunisasi (campak dan pertusis), perbaikan gizi anak termasuk promosi penggunaan ASI, peningkatan kesehatan untuk ibu hamil untuk mencegah berat bayi lahir rendah, mengurangi populasi di dalam rumah atau diluar rumah, mengurangi kepadatan penduduk, memperbaiki ventilasi rumah, meningkatkan hygiene kesehatan.

b.      Penanggulangan penyakit menular ISPA
Upaya untuk menekan penyakit menular di masyarakat serendah mungkin sehingga tidak menjadi gangguan kesehatan bagi masyarakat tersebut, yang meliputi tiga kelompok sasaran yaitu :
1). Kelompok sasaran langsung pada sumber penularan pejamu
      Sumber penularan ISPA adalah manusia maka cara yang paling pendekatan akan berbeda mengingat bahwa dalam dalam keadaan ini tidak mungkin dilakukan pemusnahan sumber, tetapi dapat dilakukan dengan memberikan pengobatan yang sesuai.
2). Sasaran ditujukan pada cara penularan
      Penularan penyakit ISPA dapat berlangsung melalui perantara udara maupun dengan kontak langsung. Upaya pencegahan terhadap kontak langsung biasanya dititik beratkan pada penyuluhan kesehatan. Sedangkan pencegahan penularan melalui udara dapat dilakukan dengan perbaikan sistem ventilasi serta aliran udara dalam ruangan.
3). Sasaran ditujukan pada pejamu potensial
Peningkatan kekebalan khusus dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi dasar sebagai bagian dari program pembangunan kesehatan yang ternyata cukup berhasil dalam usaha dalam meningkatkan derajat kesehatan serta menurunkan angka kematian bayi dan balita.

 
 

Pengobatan penyakit ISPA juga dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu,salah satunya dengan merawat penderita di rumah sakit. Apabila perawatan untuk semua anak dengan penarikan dinding dada tidak memungkinkan, dapat dipertimbangkan untuk diberikan terapi antibiotik dirumah dengan pengawasan yang ketat pada anak yang tidak mengalami penarikan dinding dada hebat, sianosis, atau tanda penyakit yang sangat berat. 
Pengobatan selanjutnya yaitu memberikan oksigen, jika frekuensi pernapasan lebih dari 70, terdapat penarikan dinding dada hebat, atau gelisah. Penggunaan terapi antibiotik juga merupakan salah satu pengobatan dimana di berikannya bencil penisilin secara intramoskular setiap 6 jam paling sedikit selama 3 hari. Pengobatan antibiotik sebaiknya diteruskan selama 3 hari setelah keadaan membaik

Sumber
Dudiarto, Eko dan Dewi Anggraeni. Epidemiologi Edisi 2. Jakarta: EGC, 2001.

.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar