Epidemiologi
Kejadian Luar Biasa
Pengertian
ISPA
ISPA adalah penyakit
saluran napas atas yang disebabkan oleh virus dan tidak perlu antibiotic. Penyakit ISPA dapat
menjadi Pneumonia atau radang paru-paru yaitu penyakit batuk yang di tandai
dengan napas cepat atau sesak napas. ISPA merupakan penyakit infeksi saluran
nafas yang secara anatomi dibedakan atas saluran nafas atas mulai dari hidung
sampai dengan taring dan saluran nafas bawah mulai dari laring sampai dengan
alveoli, akibat invasi infecting agents yang mengakibatkan reaksi
inflamasi saluran nafas yang terlibat.
Penyakit
infeksi akut tersebut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran
nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah). Penyakit
tersebut merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem
pertahanan tubuh anak masih rendah. ISPA dapat mencetuskan kejang demam,
serangan asma dan merupakan prekursor demam spesifik akut terutama campak atau
bronkiolitis.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut mengandung tiga unsur yaitu infeksi,
saluran pernafasan dan akut adalah sebagai berikut :
a.
Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme
ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala
penyakit.
b.
Saluran pernafasan adalah organ pernafasan
mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus rongga
telinga tengah dan pleura.
Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung
sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun
untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA ada yang berlangsung
lebih dari 14 hari.
Cara Penularan ISPA
Salah satu penularan ISPA adalah melalui
udara yang tercemar dan masuk kedalam tubuh melalui saluran pernafasan. Adanya
bibit penyakit di udara umumnya berbentuk aerosol yang merupakan suatu suspensi
melayang di udara berupa bibit penyakit. Adapun aerosol dari penyebab penyakit
tersebut ada 2 yaitu : droplet nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang
dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang diudara) dan dust (campuran
antara bibit penyakit yang melayang diudara).
Sumber dan penyebab terjadinya
Penyakit ISPA yaitu:
1.
Mikoplasma : mycoplasma pneumonia.
Mekanisme
mukosilier pagositas oleh makrofag-makrofag alveolar merupakan pertahanan
saluran pernafasan terhadap infeksi-infeksi bakteri dan virus
2.
Golongan penyebab ISPA yang lain : Streptokokus,
Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus, Bordelella, Korinebakterium.
3.
Golongan virus penyebab ISPA yang
lain : Golongan Miksovirus (virus influinza, tifusparainfluenzadan
virus campak). Adnovirus, Koronavirus, Pikornovirus, Mikoplasma, Herpesvirusdan
lain-lain.
4.
Daya tahan tubuh
Daya
tahan tubuh adalah kemampuan tubuh untuk mencegah masuk dan berkembangbiaknya
kuman penyakit di dalam tubuh. Daya tahan tubuh dipengaruhi oleh:
a.Status
gizi
Status
gizi sangat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh. Balita yang mempunyai status
gizi baik lebih tahan terjangkit infeksi penyakit dibandingkan dengan bayi dan
anak balita yang mempunyai status gizi jelek.
b.Kekebalan
tubuh
Bayi
yang baru lahir biasanya mempunyi kekebalan alami terhadap difteri dan campak
hingga usia 4 sampai 9 bulan. Kekebalan alami diperoleh dari ibunya ketika
dalam kandungan. Pada bayi kekebalan dapat ditimbulkan dengan memberi imunisasi
yaitu untuk merangsang tubuh untuk membuat zat anti bila ada rangsangan zat
yang masuk kedalam tubuh.
c.Umur
Umur mempengaruhi mekanisme pertahanan tubuh
seseorang. Bayi dan anak balita mempunyai mekanisme pertahanan tubuh yang
relatif lemah dibanding dengan orang dewasa, sehingga bayi dan anak balita
lebih mudah terkena infeksi.
Cara
Penyebaran
Penyebaran
penyakit ISPA dikenal 3 cara penyebaran infeksi yaitu sebagai berikut:
1.
Melalui aerosol yang lembut terutama
karena batuk-batuk
2.
Melalui aerosol yang lebih berat,
terjadi pada waktu batuk dan bersin
3.
Melalui kontak langsung dari
benda-benda yang dicemari oleh jasad renik
Pencegahan
dan penanggulangan ISPA
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara
umum yaitu : pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi promosi
kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (secondary prevention)
yang meliputi diognosis dini serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan
tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan terhadap cacat
dan rehabilitasi. Upaya pencegahan penyakit ISPA meliputi imunisasi (campak dan
pertusis), perbaikan gizi anak termasuk promosi penggunaan ASI, peningkatan
kesehatan untuk ibu hamil untuk mencegah berat bayi lahir rendah, mengurangi
populasi di dalam rumah atau diluar rumah, mengurangi kepadatan
penduduk, memperbaiki ventilasi rumah, meningkatkan hygiene kesehatan.
Upaya untuk menekan penyakit menular di masyarakat serendah
mungkin sehingga tidak menjadi gangguan kesehatan bagi masyarakat tersebut,
yang meliputi tiga kelompok sasaran yaitu :
1).
Kelompok sasaran langsung pada sumber penularan pejamu
Sumber
penularan ISPA adalah manusia maka cara yang paling pendekatan akan berbeda mengingat bahwa dalam dalam keadaan ini tidak mungkin dilakukan pemusnahan sumber,
tetapi dapat dilakukan dengan memberikan pengobatan yang sesuai.
2).
Sasaran ditujukan pada cara penularan
Penularan
penyakit ISPA dapat berlangsung melalui perantara udara maupun dengan kontak
langsung. Upaya pencegahan terhadap kontak langsung biasanya dititik beratkan
pada penyuluhan kesehatan. Sedangkan pencegahan penularan melalui udara dapat dilakukan
dengan perbaikan sistem ventilasi serta aliran udara dalam ruangan.
3).
Sasaran ditujukan pada pejamu potensial
Peningkatan kekebalan khusus dapat dilakukan
dengan pemberian imunisasi dasar sebagai bagian dari program pembangunan
kesehatan yang ternyata cukup berhasil dalam usaha dalam meningkatkan derajat kesehatan
serta menurunkan angka kematian bayi dan balita.
Pengobatan penyakit ISPA juga dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu,salah satunya dengan merawat penderita di rumah sakit.
Apabila perawatan untuk semua anak dengan penarikan dinding dada tidak
memungkinkan, dapat dipertimbangkan untuk diberikan terapi antibiotik dirumah
dengan pengawasan yang ketat pada anak yang tidak mengalami penarikan dinding
dada hebat, sianosis, atau tanda penyakit yang sangat berat.
Pengobatan
selanjutnya yaitu memberikan oksigen, jika frekuensi pernapasan lebih dari 70,
terdapat penarikan dinding dada hebat, atau gelisah. Penggunaan terapi
antibiotik juga merupakan salah satu pengobatan dimana di berikannya bencil
penisilin secara intramoskular setiap 6 jam paling sedikit selama 3 hari.
Pengobatan antibiotik sebaiknya diteruskan selama 3 hari setelah keadaan
membaik
Sumber
Dudiarto,
Eko dan Dewi Anggraeni. Epidemiologi
Edisi 2. Jakarta: EGC, 2001.